Rabu, 18 Mei 2011

Status Gizi


by Fauzi 'Arasj

Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari interaksi antara makanan, penyerapan, penggunaan zat gizi, dan lingkungan dimana orang berada. Status gizi akan mencapai titik optimal, bila kebutuhan  tubuh akan zat gizi dipenuhi dari konsumsi makanan, namun kondisi ini juga dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi pada masa lampau, serta banyak faktor lain seperti kualitas maupun kuantitas asupan zat gizi dan kondisi kesehatan fisik. 
Kurang gizi didefinisikan oleh WHO sebagai terjadinya ketidak seimbangan di tingkat seluler antara asupan zat gizi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk tumbuh, pemeliharaan dan fungsi khusus lainnya. Kurang gizi mempengaruhi seluruh sistem organ tubuh, di samping mempunyai dampak terhadap perkembangan fisik dan mental, seperti pertambahan berat badan dan pertambahan linier yang lambat, mengganggu fungsi imunitas, di samping akan terjadi perubahan perilaku termasuk mudah tersinggung, apatis, perhatian yang rendah terhadap kondisi lingkungan, kurang percaya diri dan secara permanen berpengaruh terhadap kognitif anak.
Definisi lain tentang keadaan gizi seseorang adalah sebagai ekspresi atau hasil akhir keseimbangan antara masukan dan keluaran energi serta zat gizi dalam kurun waktu tertentu oleh suatu organisme termasuk manusia. Keseimbangan ini dipengaruhi oleh determinan biologis terutama infeksi, penyakit parasit dan kelainan psikologik. Anak anak yang kekurangan makan akan nampak kurus dan bila berlangsung cukup lama, akan tumbuh sebagai anak yang relatif pendek/cebol di banding dengan teman sebaya yang tidak mengalami kekurangan pangan. Anak yang kurus bila diberi makan dengan cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, akan menjadi baik kembali. Pengurusan, merupakan gambaran kekurangan gizi yang bersifat akut. Gangguan pertumbuhan linier (melambatnya pertambahan dalam tinggi badan) merupakan akibat kekurangan gizi yang bersifat kronik.
Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk mengetahui status gizi, pertama kali dimunculkan oleh Brozek dan didefinisikan oleh Jellife sebagai pengukuran berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh menurut tingkatan umur. Keuntungan penggunaan antropometri antara lain caranya yang sederhana, penggunaan alat yang murah, dapat digunakan oleh tenaga yang tidak profesional, memiliki presisi dan akurasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan kerugian penggunaan antropometri antara lain tidak akuratnya instrument, oleh karena itu harus digunakan metode yang tepat, anak yang tidak bisa tenang pada saat pengukuran maka diminta keterlibatan orang tua, kesalahan dalam membaca hasil serta  kesalahan dalam pencatatan.  Kesalahan dalam pengukuran akan dapat diminimalkan dengan melakukan pelatihan tim menggunakan teknik standar baku, presisi dan kalibrasi instrumen.
1.      Parameter 
Ukuran antropometri yang banyak dipakai saat ini antara lain adalah lingkar kepala, panjang badan, tinggi badan, tinggi lutut, panjang kaki, lebar rentang tangan, berat badan, luas siku.  Bila  tidak terdapat hasil yang akurat pada saat melakukan pengukuran berat badan atau tinggi badan, maka dapat dipakai cara untuk memperkirakan tinggi, antara lain panjang rentang tangan, tinggi lutut dan tinggi duduk. Untuk mendapatkan nilai yang akurat  pada saat melakukan pengukuran di lapangan, maka pada saat melakukan pengukuran perlu dilakukan pengukuran 2 kali dan diambil reratanya dengan perbedaan tidak lebih dari 0,5 sentimeter. jika terjadi perbedaan di atas 0,5 sentimeter dari 2 pengukur maka dilakukan pengukuran ulang oleh pengukur ke 3 yang mempunyai kemampuan lebih dari 2 pengukur pertama.
Indek antropometri didapatkan dari kombinasi hasil ukur, yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil melalui persamaan regresi, untuk memprediksi densitas tubuh dan menghitung lemak tubuh. Persamaan ini dibuat atas dasar pengukuran anak yang sehat, bebas dari kurang gizi atau kelebihan gizi atau subjek yang lebih tua pada berbagai etnik dan ras. Untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat di lakukan dengan membandingkan ukuran panjang/tinggi menurut umur, berat badan menurut umur dan berat badan menurut panjang/tinggi badan.
a.      Umur
Umur merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi individu,  umur yang tepat merupakan indikator penting yang digunakan dalam melakukan transformasi nilai, sehingga dapat menempatkan titik yang cocok dalam kurva. Umur baru akan memberikan arti jika telah dihubungkan dengan tinggi badan, berat badan, LILA dan berbagai ukuran antropometri lain, melalui nilai skor-z atau persentil yang memberikan informasi tentang status gizi. 
Penentuan umur yang tepat merupakan salah satu kesulitan yang paling sering ditemukan di lapangan, karena  banyaknya orang yang tidak tahu kapan tanggal lahirnya dan tidak jarang waktu kelahiran seseorang dikaitkan dengan saat terjadinya sebuah fenomena alam atau suatu peristiwa tertentu yang dekat dengan waktu kelahiran anak, dissamping adanya daerah yang mempunyai kalender sendiri yang perhitungannya berbeda dengan yang digunakan secara umum, seperti di pulau Bali dengan penanggalan tahun saka dan di pulau jawa dengan penanggalan jawa serta adanya penanggalan berdasarkan bulan arab. Masalah lain adalah pelaporan umur  umumnya dilakukan dengan pembulatan pada bulan genap seperti bulan ke 6 dan ke 12, 18, 24 bulan, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan fatal karena mempengaruhi perhitungan selanjutnya, yang akan memunculkan fluktuasi angka pada angka angka tertentu saja. Ke depan, pencatatan umur harus disertai dengan melihat dokumen kelahiran yang bersangkutan.
b. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan tersering digunakan, yang akan memberikan gambaran massa jaringan, yang juga digunakan untuk menilai pertumbuhan, terutama pada masa usia kanak. Berat badan anak mempunyai fluktuasi yang sangat cepat dari waktu ke waktu, karena mudah dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat (misalnya,  perubahan konsumsi makanan atau penyakit-penyakit infeksi). Oleh karena itu ukuran berat badan, baik berupa berat badan menurut umur (BB/U), maupun BB/TB dapat memberikan gambaran status gizi masa kini.
Perubahan berat badan individu yang sehat bervariasi ± 0,5 kg/hari. Pada saat tubuh dalam kondisi sakit akut atau kronis,  terjadi ketidak seimbangan asupan energi dan protein, maka tubuh akan memanfaatkan energi (termasuk protein) endogenous sebagai bahan untuk reaksi metabolik, akibatnya berat badan akan menurun. Ukuran berat badan tidak akan berarti, jika pada saat pengukuran tubuh mengalami edema, asites, dehidrasi, diuresis dan adanya tumor, oleh karena itu pengukuran harus di tambah dengan mengukur LILA dan triceps skinfold thickness. 

c. Tinggi /Panjang badan
Tinggi/Panjang badan tidak terpengaruh oleh kejadian dalam waktu singkat/mendadak. Pada anak yang penderita Kurang Energi Protein (KEP) selalu ditemukan gangguan pertumbuhan, karena itu tinggi badan merupakan indikator yang baik bagi asupan energi protein masa lalu, dan indikator yang baik bagi pertumbuhan kerangka tubuh.
Pada anak yang penderita Kurang Energi Protein selalu ditemukan gangguan pertumbuhan tubuh, karena itu tinggi badan merupakan indikator yang baik bagi status energi protein masa lalu. Salah satu tolok ukur untuk melihat perkembangan kualitas manusia adalah dengan melihat pertumbuhan fisik, yaitu pertumbuhan tinggi badan anak balita dari waktu ke waktu. Ukuran antropometri  sensitif pada bayi dan anak dan banyak digunakan sebagai indikator status gizi.
2.      Pembakuan Indikator
Ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan satus gizi anak  yaitu, menggunakan skor-z atau skor SD, persentil dan persen median. Skor-z dikenal sebagai cara terbaik untuk menganalisis dan mempresentasikan hasil pengukuran antropometri karena memiliki beberapa keuntungan daripada cara yang lain. Skor-z dengan tepat dapat menentukan kondisi kejadian gizi kurang. WHO telah memperkenalkan standar pertumbuhan yang baru untuk bayi dan anak sampai usia 5 tahun, yang memungkinkan digunakan untuk melihat pertumbuhan anak diberbagai belahan dunia.
Pengukuran antropometri sebaiknya dilakukan berpasangan dan independen sesamanya, jika hasil pengukuran berbeda melebihi standar yang ditentukan misal untuk berat badan terdapat perbedaan hasil ukur lebih dari 100 gram dan untuk tinggi badan terdapat perbedaan tinggi/panjang lebih dari 7 milimeter, maka harus dilakukan pengukuran ulang atas kedua hasil ukur oleh petugas ahli yang independen.  Telah dibuktikan bahwa pada saat melakukan pengukuran panjang badan dan tinggi badan terdapat terdapat perbedaan sebanyak 0,73 sentimeter, oleh karena itu ketika akan menganalisis hasil ukur panjang dan tinggi badan maka hasil ukur antara panjang badan harus di tambah terlebih dahulu sebanyak 0,73 sentimeter. Kurva pertumbuhan merupakan representasi dari pertumbuhan fisiologis anak dan dapat diaplikasikan pada semua anak diberbagai tempat tanpa memperhatikan etnik, status sosial ekonomi dan cara makan.
Skor-z merupakan penyimpangan nilai ukur terhadap nilai median pengukuran dibagi dengan standar deviasi referen populasi, hasilnya dapat mencerminkan status anak gizi anak. Skor-z merupakan interpolasi hasil ukur dengan skala linier, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin subjek dan dalam perhitungannya menggunakan nilai statistik seperti nilai mean, standar deviasi, standar eror dan distribusi frekuensi. WHO merekomendasikan penggunaan skor-z untuk mengevaluasi data antropometri dari negara yang mempunyai pendapatan rendah. Hal ini menguntungkan negara dengan penghasilan rendah, karena individu yang berada jauh di bawah persentil referen dapat diklasifikasikan secara tepat.  Untuk mengitung nilai skor-z individu dapat dilakukan menggunakan program Epi-info atau menggunakan tabel standar pertumbuhan anak WHO.

a.      Tinggi/panjang badan menurut umur
TB/U  merupakan ukuran pertumbuhan linie, untuk mengukur  status kesehatan dan status gizi masa lalu, dan memberikan gambaran masalah gizi yang sifatnya kronis. Rendahnya nilai TB/U yang didefinisikan sebagai pendek, merupakan refleksi dari proses patologik, karena  anak gagal mencapai pertumbuhan linier yang seharusnya. Hasil ukur disebut dengan anak pendek yaitu ketidakcukupan tinggi badan relatif terhadap umur, yang disebabkan oleh karena ketidakcukupan asupan makanan, kualitas makanan yang rendah, tingginya kesakitan/morbiditas atau kombinasi ketiganya. Kondisi ini banyak ditemukan pada negara miskin dan di negara yang mempunyai pendapatan rendah. Kejadian rendahnya nilai ukur panjang badan menurut umur  banyak terjadi pada anak di usia tahun ke-dua atau tahun ke-tiga, pada situasi lain rendahnya nilai TB/U  mungkin telah terjadi sejak  dini, di usia 3-6 bulan yang disebabkan oleh karena penyebab yang telah berlangsung sejak lama, akibatnya, akan menurunkan nilai ukuran tubuh ketika dewasa, berhubungan dengan kapasitas kerja dan merugikan hasil reproduksi pada wanita.  
 
b.      Berat badan menurut tinggi/panjang badan 
                 BB/TB merupakan ukuran berat badan relatif terhadap tinggi badan. Situasi BB/TB yang rendah pada anak-anak digambarkan sebagai kurus tinggi yang merupakan refleksi dari proses patologik sebagai kegagalan untuk mencapai berat yang dibutuhkan relatif terhadap tingginya atau kehilangan berat badan/kurus. Anak pendek adalah indikasi seorang anak yang gagal dalam mencapai garis pertumbuhan normal, sebagai akibat telah terjadinya masalah gizi suboptimal, yang erat kaitannya dengan masalah ekonomi yang rendah. Banyak pembuktian yang menunjukkan anak pendek telah mulai terjadi sejak umur anak 3 bulan. Pada anak yang anak pendek, berat badan mungkin tepat terhadap tinggi/panjang badan, sedangkan pada kondisi wasting, berat badan sangat rendah terhadap tinggi/panjang badan, sebagai akibat terjadinya defisit pada jaringan atau lapisan lemak.   BB/PB (panjang badan) merupakan ideks yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi anak yang menerima keuntungan dari program intervensi. Indek ini lebih sensitif terhadap perubahan status gizi daripada TB/U. di samping itu indek BB/TB sering digunakan sebagai alat ukur status gizi di RS untuk mengidentifikasi kejadian wasting. BB/TB juga memberikan gambaran tentang masalah gizi akut.

Kepustakaan
1.      Winarno, FG. Biokima Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. 1990
2.      Jalal F, Sukirman. Pemanfaatn Antropometri Sebagai Indikator Sosial Ekonomi, Gizi Indonesia, 1990; 14(2): 25-36
3.      Alpers DH, Stenson WF, Bier DM. Manual of Nutritional Therapy, 4 ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2002
4.      Grigsby DG. Malnutrition http://www.emedicine.com.  unduh 26 april 2006
5.      Fatimah Muis, S. Keadaan Gizi Kelompok Rawan, Tinjauan sebelum dan selama masa kiris. Pidato pengukuhan Guru Besar Madya dalam Ilmu Gizi pada Fakultas Kedoketeran Undip Semarang, 3  Februari 2001, 7-8
6.      Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press, 2005
7.      Lee  RD, Nieman DC. Nutritional Assassment. Ed 3. Mc Graw Hill Higher Education. 2003  www.mbhe.com 
8.      Kuczmarski RJ, Cynthia LO, Guo SS, Laurence MGS, Katherine MF, et all,  2000 CDC Growth Chart For United States: Methods and Development. WHO Series 11 no 246
9.      WHO. Child Growth Standard. Executive Summery. Length/height for age, weight for length- weight for   height and body mass indexes for age. Methods and Development.  Department of Nutrition for Health and Development. 2006
10.  Woodruff  BA, Arabella Duffield. Assessment Of Nutritional Status In Emergency-Affected Populations. Web: http://acc.unsystem.org/scn/
11.         Abu Naim D. Aplikasi antropometri sebagai alat ukur status gizi di Indonesia, Gizi Indonesia, 1990 :14 (1)
12.         Samsuddin. Peran Antropometri Dalam Menegakkan Diagnosa Klinis dan Sosial Pediatri, Gizi Indonesia, 1990;15(2): 1-14
13.         WHO. Child Growth Standard. Length/height for age, weight for length- weight for   height and body mass indexes for age. Methods and Development.  Department of Nutrition for Health and Development. 2006.
14.         Keadaan dan masalah Gizi di Indonesia. Info pangan dan Gizi.1993;4(4): 8
15.         WHO. Description. http://www.who.int/en  unduh 12 agustus 2008
16.         Onis, MD. WHO Child Growth Standards.  Acta Paediatrica, 2006; 450: 5-6
17.         Reliability of anthropometric measurement in WHO MGRS. WHO-MGRS Group. Acta Paediatrica, 2006; 450: 38-46
18.         Assassement of differences in linier growth among populations in the WHO MGRS. WHO-MGRS Group. Acta Paediatrica, 2006; 450: 56-65
19.         Herve A. Z-Soress. http://www.uark.edu./  Unduh 12  Agustus 2008
20.         Relationship between physical growth and motor development in the WHO Child Growth Standards. Acta Paediatrica, 2006; 450: 96-101
21.         Jahari AB. Nutritional Status Assessment and Method. Gizi Indonesia, 2002;26:24-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar