Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan tersering digunakan, yang akan memberikan gambaran massa jaringan, yang juga digunakan untuk menilai pertumbuhan, terutama pada masa usia kanak. Berat badan anak mempunyai fluktuasi yang sangat cepat dari waktu ke waktu, karena mudah dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat (misalnya, perubahan konsumsi makanan atau penyakit-penyakit infeksi). Oleh karena itu ukuran berat badan, baik berupa berat badan menurut umur (BB/U), maupun BB/TB dapat memberikan gambaran status gizi masa kini.
Tinggi/Panjang badan tidak terpengaruh oleh kejadian dalam waktu singkat/mendadak. Pada anak yang penderita Kurang Energi Protein (KEP) selalu ditemukan gangguan pertumbuhan, karena itu tinggi badan merupakan indikator yang baik bagi asupan energi protein masa lalu, dan indikator yang baik bagi pertumbuhan kerangka tubuh.
Pada anak yang penderita Kurang Energi Protein selalu ditemukan gangguan pertumbuhan tubuh, karena itu tinggi badan merupakan indikator yang baik bagi status energi protein masa lalu. Salah satu tolok ukur untuk melihat perkembangan kualitas manusia adalah dengan melihat pertumbuhan fisik, yaitu pertumbuhan tinggi badan anak balita dari waktu ke waktu. Ukuran antropometri sensitif pada bayi dan anak dan banyak digunakan sebagai indikator status gizi.
TB/U merupakan ukuran pertumbuhan linie, untuk mengukur status kesehatan dan status gizi masa lalu, dan memberikan gambaran masalah gizi yang sifatnya kronis. Rendahnya nilai TB/U yang didefinisikan sebagai pendek, merupakan refleksi dari proses patologik, karena anak gagal mencapai pertumbuhan linier yang seharusnya. Hasil ukur disebut dengan anak pendek yaitu ketidakcukupan tinggi badan relatif terhadap umur, yang disebabkan oleh karena ketidakcukupan asupan makanan, kualitas makanan yang rendah, tingginya kesakitan/morbiditas atau kombinasi ketiganya. Kondisi ini banyak ditemukan pada negara miskin dan di negara yang mempunyai pendapatan rendah. Kejadian rendahnya nilai ukur panjang badan menurut umur banyak terjadi pada anak di usia tahun ke-dua atau tahun ke-tiga, pada situasi lain rendahnya nilai TB/U mungkin telah terjadi sejak dini, di usia 3-6 bulan yang disebabkan oleh karena penyebab yang telah berlangsung sejak lama, akibatnya, akan menurunkan nilai ukuran tubuh ketika dewasa, berhubungan dengan kapasitas kerja dan merugikan hasil reproduksi pada wanita.
b. Berat badan menurut tinggi/panjang badan
BB/TB merupakan ukuran berat badan relatif terhadap tinggi badan. Situasi BB/TB yang rendah pada anak-anak digambarkan sebagai kurus tinggi yang merupakan refleksi dari proses patologik sebagai kegagalan untuk mencapai berat yang dibutuhkan relatif terhadap tingginya atau kehilangan berat badan/kurus. Anak pendek adalah indikasi seorang anak yang gagal dalam mencapai garis pertumbuhan normal, sebagai akibat telah terjadinya masalah gizi suboptimal, yang erat kaitannya dengan masalah ekonomi yang rendah. Banyak pembuktian yang menunjukkan anak pendek telah mulai terjadi sejak umur anak 3 bulan. Pada anak yang anak pendek, berat badan mungkin tepat terhadap tinggi/panjang badan, sedangkan pada kondisi wasting, berat badan sangat rendah terhadap tinggi/panjang badan, sebagai akibat terjadinya defisit pada jaringan atau lapisan lemak. BB/PB (panjang badan) merupakan ideks yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi anak yang menerima keuntungan dari program intervensi. Indek ini lebih sensitif terhadap perubahan status gizi daripada TB/U. di samping itu indek BB/TB sering digunakan sebagai alat ukur status gizi di RS untuk mengidentifikasi kejadian wasting. BB/TB juga memberikan gambaran tentang masalah gizi akut.
Kepustakaan
1. Winarno, FG. Biokima Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. 1990
2. Jalal F, Sukirman. Pemanfaatn Antropometri Sebagai Indikator Sosial Ekonomi, Gizi Indonesia, 1990; 14(2): 25-36
3. Alpers DH, Stenson WF, Bier DM. Manual of Nutritional Therapy, 4 ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2002
4. Grigsby DG. Malnutrition http://www.emedicine.com. unduh 26 april 2006
5. Fatimah Muis, S. Keadaan Gizi Kelompok Rawan, Tinjauan sebelum dan selama masa kiris. Pidato pengukuhan Guru Besar Madya dalam Ilmu Gizi pada Fakultas Kedoketeran Undip Semarang, 3 Februari 2001, 7-8
6. Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press, 2005
7. Lee RD, Nieman DC. Nutritional Assassment. Ed 3. Mc Graw Hill Higher Education. 2003 www.mbhe.com
8. Kuczmarski RJ, Cynthia LO, Guo SS, Laurence MGS, Katherine MF, et all, 2000 CDC Growth Chart For United States: Methods and Development. WHO Series 11 no 246
9. WHO. Child Growth Standard. Executive Summery. Length/height for age, weight for length- weight for height and body mass indexes for age. Methods and Development. Department of Nutrition for Health and Development. 2006
10. Woodruff BA, Arabella Duffield. Assessment Of Nutritional Status In Emergency-Affected Populations. Web: http://acc.unsystem.org/scn/
11. Abu Naim D. Aplikasi antropometri sebagai alat ukur status gizi di Indonesia, Gizi Indonesia, 1990 :14 (1)
12. Samsuddin. Peran Antropometri Dalam Menegakkan Diagnosa Klinis dan Sosial Pediatri, Gizi Indonesia, 1990;15(2): 1-14
13. WHO. Child Growth Standard. Length/height for age, weight for length- weight for height and body mass indexes for age. Methods and Development. Department of Nutrition for Health and Development. 2006.
14. Keadaan dan masalah Gizi di Indonesia. Info pangan dan Gizi.1993;4(4): 8
15. WHO. Description. http://www.who.int/en unduh 12 agustus 2008
16. Onis, MD. WHO Child Growth Standards. Acta Paediatrica, 2006; 450: 5-6
17. Reliability of anthropometric measurement in WHO MGRS. WHO-MGRS Group. Acta Paediatrica, 2006; 450: 38-46
18. Assassement of differences in linier growth among populations in the WHO MGRS. WHO-MGRS Group. Acta Paediatrica, 2006; 450: 56-65
19. Herve A. Z-Soress. http://www.uark.edu./ Unduh 12 Agustus 2008
20. Relationship between physical growth and motor development in the WHO Child Growth Standards. Acta Paediatrica, 2006; 450: 96-101
21. Jahari AB. Nutritional Status Assessment and Method. Gizi Indonesia, 2002;26:24-31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar